Senin, 04 Mei 2009

PROGRAM INOVASI PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI

Oleh : WIRTA

Mahasiswa Pasca Sarjana Unigal Ciamis

Kelas D-5

Pendahuluan

Perkembangan dunia dalam setengah abad terakhir ini dan dalam abad yang akan datang ditandai dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan tersebut telah menumbuhkan dan mendorong inovasi baru, baik dalam perkembangan ilmu itu sendiri maupun dalam menciptakan dan mengembangkan teknologi, demikian juga dalam meningkatkan kerja.

Pengalaman negara-negara maju menunjukkan bahwa keberhasilan mereka mencapai kemajuan tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan produktivitas rakyatnya, terutama pengetahuan dan produktivitas angkatan kerjanya.

Kemajuan ilmu pengetahuan telah membuka inovasi produksi dan teknologi informasi. Kemajuan dan penemuan baru di bidang teknologi produksi telah mendorong percepatan dalam produksi, kemajuan perusahaan dan pertumbuhan perekonomian di banyak negara. Kemajuan teknologi juga telah memungkinkan penghematan dalam penggunaan bahan, produksi dalam jumlah besar (mass production) dan dalam waktu yang relatif singkat, dan memproduksikan barang berkualitas tinggi dan memenuhi standar yang diinginkan.

Di lain pihak, pemanfaatan teknologi menuntut kemampuan dan keahlian tenaga yang mengoperasikannya. Tanpa kemampuan dan keahlian tertentu tenaga pelaksana, teknologi maju dan peralatan produksi yang mahal tersebut tidak membawa manfaat bahkan dapat menjadi boomerang dan menimbulkan kecelakaan kerja. Sebab itu pemanfaatan teknologi maju harus didukung oleh sumber daya manusia yang bekualitas tinggi.

Kemajuan dalam teknologi informasi telah mengikat semua negara-negara di dunia menjadi satu jaringan global yang saling terkait dan tergantung. Kemajuan teknologi informasi dan globalisasi membuka peluang bisnis dan sekaligus menjadi tantangan bisnis. Melalui teknologi informasi kita dapat mengetahui tersedianya teknologi baru dan membelinya. Demikian juga melalui teknologi informasi, para pengusaha dapat segera mengetahui peluang bisnis yang terbuka di dalam negeri dan di negara-negara lain, baik untuk investasi maupun untuk pemasaran. Dengan teknologi informasi, setiap pengusaha dapat mengetahui potensi para pesaing dan dengan demikian dapat menyusun strategi bisnis. Namun dengan teknologi informasi, para pesaing kita dapat mengetahui dan memanfaatkan kelemahan-kelemahan.

Kemajuan teknologi informasi dan era globalisasi tersebut mendorong setiap insan yang bergelut dalam dunia pendidikan untuk selalu mensejajarkan diri dengan perkembangan dunia pada umumnya. Dalam hal ini ada kesamaan antara dunia pendidikan dan dunia bisnis. Proyeksi dunia bisnis terhadap dunia global adalah bagaimana manusia mempersiapkan diri melalui pemberdayaan SDM untuk memproduksi barang yang mungkin ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dunia global saat ini, maka dunia pendidikan pun sebenarnya mempersiapkan manusia berkualitas tinggi melalui inovasi pendidikan yang mengarah kepada pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Sehubungan dengan uraian singkat di atas, saya ingin memproyeksikan tulisan ini ke arah pengembangan program inovasi pendidikan di era globalisasi. Bukankah hal yang sangat mungkin bagi kita para pelaksana pendidikan untuk selalu berpikir ke arah kemajuan, termasuk mengembangkan program inovasi di era global sekaligus menggandeng tandemnya yang selalu kompak, yaitu kemajuan teknologi informasi yang semakin ketat saat ini?

Tinjauan Karakteristik Program Inovasi Pendidikan di Era Global

Program inovasi ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut :

a. Program Inovasi Pendidikan harus Mengimplikasikan Keuntungan Relatif (relative advantage),

Keuntungan relatif adalah keuntungan yang mungkin didapat dari sebuah program inovasi. Karakteristiknya meliputi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut.

1) Seberapa efektifkah program dalam dalam peningkatan pembelajaran?

Pembelajaran sebagai sebuah proses tentunya memiliki tujuan, dan tujuan itu akan terukur ketika pelaksana pembelajaran atau guru menyimpulkan efektifitas atas pelaksanaannya. Ketika tumbuh sebuah perubahan dalam proses pembelajaran, dan perubahan itu mengindikasikan berubahnya ke aras yang positif, maka efektifitas itu sendiri akan tergambar dengan sendirinya.

2) Apakah sumber daya dapat dimanfaatkan secara efektif?

Efektifitas pada hakikatnya merupakan serangkaian kerja yang secara dini diawali dengan perencanaan penggunaan sumber daya. Efektifitas pemanfaatan sumber daya adalah ketepatgunaan sumberdaya yang ada, dengan prinsip tepat sasaran, tepat menempatkan orang, dsb. Sebuah program inovasi ukurannya harus mencapai batas-batas kefektifan penggunaan sumber daya tersebut. Bila perlu, penggunaan sumber daya ini diatur melalui sebuah reduksi ataupun regulasi yang jelas, tertulis, tercencana, dengan prosedur yang sudah ditentukan dan disepakati.

3) Mungkinkah program inovasi itu berdampak terhadap keseluruhan program?

Ini berhubungan dengan analisis internal terhadap program yang disusun. Analisis diarahkan kepada seberapa besar inovasi berdampak terhadap keseluruhan program. Dengan demikian, akan didapatkan pula jawaban atas kelemahan yang mungkin muncul, sehingga selanjutnya kita dapat menentukan langkah-langkah bagaimana mengatasi kelemahan atas program yang digariskan itu.

b. Program Inovasi Pendidikan Harus Memiliki Kompatibilitas (compatibility),

Artinya memiliki tingkat kesesuaian dengan nilai pengalaman yang lalu dan kebutuhan dari penerima atau pelanggan. Jika penerima atau pelanggan merasa bahwa program tidak sesuai dengan noma yang dianutnya, maka ia berhak menolak program tersebut. Dalam hal ini penerima atau pelanggan adalah masyarakat, dan masyarakat memiliki norma dan nilai yang konsisten, tidak mudah lekang dan juga tidak mudah dipengaruhi. Oleh sebab itu, penentuan program inovasi harus memiliki konsistensi dengan nilai atau norma yang dianut masyarakat.

Secara khusus, kompatibiliti sebuah program inovasi harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :

1) Punyakan ia kecocokan dengan aspek program yang lainnya?

Nilai, pengalaman, dan kebutuhan dalam pembuatan program harus sesuai dan sejalan dengan aspek-aspek lain dari program itu. Keseuaian akan memberikan kemungkinan keberhasilan program.

2) Akankah program itu berpengaruh?

Program yang baik adalah program yang memiliki pengaruh dan keberterimaan pada pihak penerima, artinya memiliki kesesuai nilai, norma, dan termasuk kebutuhan. Indikasinya dapat dilihat pada seberapa besar penerima program mau dan bersedia menerima program inovasi.

c. Program Inovasi Harus Memiliki Kompleksitas (Complexity)

Ialah tingkat kesukatan untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Masyarakat dapat menerima program inovasi ketika mereka memahami dengan mudah program yang disodorkan. Berikut beberapa pertanyaan yang menuntun ke arah kompleksitas sebuah program inovasi.

1) Perlukan guru mendapat training khusus?

Training perlu dilakukan, terlebih menghadapi tantangan global sekarang ini, kesiapan SDM perlu ditempuh baik melalui diklat, workshop, seminar maupun bentuk-bentuk lainnya.

2) Dapatkah program meningkatkan kinerja guru?

Dengan tingkat kemudahan yang dimiliki, maka kemungkinan peningkatan kinerja guru terhampar secara jelas di depan mata. Tinggal bagaimana guru menerjemahkan kewajibannya atas program yang dihadapi.

d. Program Inovasi Harus Memiliki Triabilitas (Testability)

Program yang diajukan harus dapat dicoba oleh penerima. Karena itu program inovasi harus terbuka dan transparan. Tidak mungkin sebuah program dibuat secara tertutup.

1) Sudahkan dicoba di dalam kelas?

Program, sebelum diimplementasikan sebarannya di tempat lain, ia harus melalui sbuah uji coba. Sehingga, program yang dipublikasikan itu benar-benar telah terukur dan telah melalui beberapa tahap pertimbangan.

2) Dapatkan dicoba dalam skala kecil?

Dalam lingkup yang kecil, sebuah program harus dapat dicoba. Hasi percobaan dapat diumumkan melalui media yang ada.

3) Dapatkan digunakan secara parsial?

Jika sebuah program dapat digunakan secara parsial, maka ia sudah dapat dikatakan program yang lengkap. Artinya, walaupun program itu merupakan satu kesatuan yang utuh, secara parsial pun program itu masih memiliki makna.

e. Program Inovasi Harus Memiliki Observabilitas (Observatibility)

Ini sejalan dengan prinsip triabilitas. Bahwa sebuah program harus disusun secara terbuka, sehingga program dilaksanakan bukan saja oleh pembuat program, akan tetapi juga oleh pihak lain yang menerima.

1) Sudahkan didemontrasikan di depan siswa?

Upaya demonstrasi di depan siswa merupakan hal yang mutlak harus dilakukan, karena keterukuran dan keterbukaan sebenarnya dapat dinilai dari aspek ini.

2) Dapat disaksikan melalui video-klip?

Videotape merupakan rekaman atas hasil ujicoba. Di sini akan tergambar segala sesuatu sejak program itu dirancang dan kemudian diujicobakan.

3) Dapatkan dicoba dengan berbagai variasi?

Aplikasi yang sesungguhnya harus ditempuh melalui beberap aspek ujicoba dengan variasi-variasi yang mungkin dilakukan. Semakin banyak variasi, semakin kuat sebuah program inovasi.

Karakteristik Dunia Global dalam Pendidikan

Dunia global dalam pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut :

  1. Berkembanganya teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang selanjutnya akan berdampak terhadap praktik pembelajaran.
  2. Munculnya paradigma-paradigma baru dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan.
  3. Terjadinya persaingan dalam dunia pendidikan melalui berbagai aspek, terutama bagaimana lembaga-lembaga pendidikan yang ada berkompetisi dalam melakukan bench-marking dengan dunia luar sebagai upaya mengaktualisasikan diri di era global ini.
  4. Terjadinya berbagai perubahan dalam rangka mensejajarkan diri dengan perkembangan dunia pada umumnya.

Kelima aspek ini sedikit banyak telah menjadi pemicu para pengelola pendidikan dalam memanajemeni pelaksanaan pendidikan. Bagaimana aspek perencanaan termasuk di dalamnya budgeting yang tepat, sehingga kemudian lembaga pendidikan yang dikelolanya mampu bersaing dengan perkembangan dunia pada umumnya. Inilah yang kemudian menjadi sasaran inovasi pendidikan di era global, yakni mampu mewujudkan sekolah menjadi subyek daya saing yang berkualitas.

Pengembangan Program Inovasi

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang berkembang pesat saat ini memicu para pengelola pendidikan untuk mengembangkan program inovasinya terhadap pembelajaran dengan memanfaatkan TIK.

Beberapa pihak menyebutkan bahwa TIK merupakan eksistensi kekinian yang ditandai dengan penggunaan peralatan digital. Penggunaan peralatan digital sebagai pranata pengembangan TIK dipercayai dapat menjangkau dan menyediakan segala kebutuhan manusia yang semakin kompleks.

Malik Fajar (2007) menyatakan, bahwa “pendayagunaan TIK diyakini akan mempercepat pengembangan ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan suatu bangsa.” Dalam perkembangannya, TIK mémang mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembiayaan dan meningkatkan keanekaragaman jasa yang menghasilkan konvergensi antara telekomunikasi, komputer dan penyiaran berupa multimedia, termasuk internet.

UNESCO mengklasifikasikan penerapan TIK untuk pendidikan ke dalam 4 level, yaitu level emerging, applying, integrating dan transforming. Emerging adalah pengenalan awal TIK, applying artinya baru sampai tahap mempelajari penggunaan TIK. Integrating maksudnya adalah sudah menggunakan TIK untuk pembelajaran (using TIK to learn). Dan terakhir transforming, yang artinya menjadikan TIK sebagai katalis reformasi/transformasi pendidikan.

Dari penjelasan di atas didapat gambaran, bahwa TIK berperan sebagai media pengembangan mutu pendidikan. Aktualisasi dari TIK itu sendiri tergambar pada saat guru dan siswa melakukan interaksi belajar-mengajar. Dalam PBM, selain mengajarkan nilai, guru juga mengajarkan data dan informasi yang diwujudkan melalui media TIK.

Inovasi Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Bahan ajar berisikan semua cakupan materi dari semua mata pelajaran yang pada praktiknya berupa media atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, baik berupa visual, audio, maupun pesan audio visual.

Bahan ajar visual merupakan bahan ajar yang disajikan dalam bentuk visual. Media yang digunakan adalah akses data ke komputer, disajikan dapat melalui in-focus dari data komputer atau data yang diambil dari internet.

Bahan ajar audio, berarti bahan ajar yang disajikan hanya melalui suara tanpa visual. Disajikan dalam bentuk rekaman suara berisi informasi tentang materi pembelajaran. Media yang digunakan adalah radio-tape, dengan mengambil suara yang bersumber dari data berita televisi atau dari internet.

Bahan ajar audio visual disajikan lengkap berupa ulasan berupa suara dan gambar yang dapat disajikan. Gambar yang tersaji itu sendiri bisa merupakan film, visualisasi foto, ataupun hanya berupa sajian data teks.

Dalam penyajiannya, sebenarnya pesan yang disampaikan itu merupakan pesan tercetak (prnted materials) yang diproyeksikan sebagai bahan ajar yang ditransfer untuk kepentingan pembelajaran melalui internet atau e-learning.

Bagaimanapun bentuknya, bahan pembelajaran yang disajikan merupakan insatrumental input yang berperan sebagai penopang dan merupakan sub sistem bagi implementasi pembelajaran. Bahan ajar ini tidak hanya digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar, akan tetapi harus dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran siswa secara individual.

Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum yang digunakan saat ini. Sekarang sedang berlangsung implementasi KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan), maka model KTSP inilah yang harus dikembangkan.

Bahan pembelajaran biasanya dibuat dalam dua kategori, yaitu kategori cetak dan kategori non cetak. Bahan pembelajaran kategori cetak antara lain : buku, modul, paket berprograma, komik, cerita bergambar, poster, pamflet. Sedangkan bahan ajar yang non-cetak antara lain :kaset audio, kaset video, ved dan film. Karakteristik bahan pelajaran cetak adalah :

1) Bahan yang ditujukan untuk kepentingan kurikuler, instruksional, dan pengembangan ilmu,

2) Bahan ajar mengakomodasikan sumber-sumber daya (potensi) daerah tanpa mengabaikan poin terdahulu,

3) Bahan ajar yang mengoptimalkan pembelajaran mandiri, khususnya siswa,

4) Bahan ajar dapat memberikan pengayaan, khususnya bagi kegiatan belajar siswa, melalui pemberian tugas dan rujukan sumber yang disarankan, dan

5) Bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar yang pembaca utamanya siswa.

Prosedur Pengembangan Inovasi

a. Persiapan

Inovasi pendidikan di era global ini perlu dimulai dari tahap persiapan. Persiapan terdiri atas perencanaan, antara lain merencanakan bagaimana pembelajaran melalui TIK diimplementasikan dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Analisa kurikulum adalah kegiatan yang termasuk ke dalam langkah persiapan ini. Kurikulum digunakan sebagai acuan, baik yang berkaitan dengan tujuan mata pelajaran, tujuan setiap topik, struktur materi bahan ajar, rancangan strategi/metode, dan pengembangan untuk kegiatan evaluasi.

Perencanaan dimaksud termasuk pula penetapan model pembelajaran TIK seperti :

1. Web Course

Web course memberikan kemungkinan pembelajaran dilakukan melalui Internet sepenuhnya. Di sini terdapat bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, dan ujian. Siswa dan guru tidak bertatap muka secara langsung, merek aterpisah satu sama lain. Hubungan guru-siswa sepenuhnya dilaksanakan melalui internet.

2. Web Centric Course

Sifat web centric course dapat dipandang sebagai fifty-fifty, sebagian melalui internet, sebagian melalui tatap muka. Misalnya, bahan belajar semuanya diambil dari internet, namun saat ujian bertatap muka.

3. Web Enhanced Corse

Kegiatan belajar utama adalah tatap muka di kelas. Internet hanya merupakan media belajar. Internet di sini berperan menyediakan sumber-sumber belajar yang menyediakan link ke berbagai sumber. Akses online nternet di dalam kelas memungkinkan pembelajaran menjadi lebih lancar dan dengan jangakauan luas, karena sumber belajar tersedia di berbagai pelosok dunia.

b. Pembuatan Bahan Ajar

Setelah penetapan model pembelajaran dengan basis teknologi informasi, tahapan selanjutnya adalah pembuatan bahan ajar. Pelaksanaan pembuatan bahan ajar dapat dilakukan melalui diskusi melalui forum KKG atau MGMP dengan melbatkan ahli terkait. Ahli terkait dimaksud misalnya guru inti, guru pemandu, ahli materi, ahli bahasa, ana atau ahli kurikulum. Dari mereka didengar tentang bagaimana aplikasi kurikulum dalam sebuah draft bahan ajar. Setelah didapat keterangan ataupun hasil diskusi yang lengkap, maka draft naskah persiapan pembelajaran yang terdiri atas, silabus dan rekncana pelaksanaan pembelajaran (RRP) dibuat dan diprint-out.

Di dalam draft bahan ajar dimasukkan penggunaan alat-alat teknologi informasi seperti : internet, in-focus, radio, televisi, dan sebagainya.

c. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran di dalam kelas (jika yang digunakan adalah model web enhanced course), dengan rangkaian sebagai berikut :

1. Kegiatan Pendahuluan (Pre Activity)

Biasanya didahului dengan kegiatan pembukaan, tanya jawab tentang keadaan siswa, pembertahuan topik pembelajaran, pre-test, dan atau kegiatan terkait lainnya.

2. Kegiatan Inti (Whilst Activity)

Kegiatan ini terdiri atas pemberian informasi materi, diskusi, pemberian tugas, dan kegiatan terkait lainnya.

3. Kegiatan Penutup (Post Activity)

Pada tahap ini diberikan kesimpulan, evaluasi, dan follow up. Di sini juga diberikan penguatan atau re-inforcement.

Kesimpulan

Menghadapi tantangan global yang semakin berkembang pesat saat ini, dibutuhkan sebuah gerak inovatif dalam pendidikan. Salah satu tantangan era global yang dihadapi adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam dunia pendidikan, TIK menjadi sebuah kesempatan yang menarik untuk dikembangkan menjadi sarana pembelajaran. Artinya, keniscayaan menggunakan sarana TIK dalam pembelajaran menjadi sangat penting adanya.

Untuk itu, guru diharapkan mampu mengembangkan program inovasi pendidikan ke arah pembelajaran melalui TIK dengan menyusun perencanaan yang matang dan model pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Bahan Rujukan

Udin Saefusin Saud, H. & Ayi Suherman. (2005) Inovasi Pendidikan. Bandung : UPI Press.

Sudarwan Danim. (2005) Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga kependidikan, Bandung : Pustaka Setia.